MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL SPASIAN MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR PADA ANAK USIA DINI TK AL HIDAYAH KECAMATAN SUKAHENING KABUPATEN TASIKMALAYA
MENINGKATKAN
KECERDASAN VISUAL SPASIAN MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR PADA ANAK USIA DINI TK AL
HIDAYAH KECAMATAN SUKAHENING KABUPATEN TASIKMALAYA
RINA
NURDIANA, M.Ag
DOSEN
PIAUD STAI AL MUSADDADIYAH GARUT
Rina Nurdiana, M.Ag., Yanti, Meningkatkan Kecerdasan Visual Spasian Melalui Kegiatan Menggambar Pada
Anak Usia Dini.
Penelitian ini diawali oleh hasil data studi awal
yang menunjukkan kondisi kecerdasan visual spasial anak RA Miftahul Karomah
Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya yang sangat kurang. Hal ini terbukti
anak tidak mau menggambar karena tidak tahu benda yang akan digambar dan
coretan yang dihasilkan anak menampilkan hasil yang sama setiap pengerjaan
tugas menggambar. Berdasarkan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini
adalah meningkatkan kecerdasan visual spasial anak melalui kegiatan menggambar.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas
yang dirancang dalam bentuk siklus berulang. Di setiap siklus terdiri dari 4
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek
penelitian ini adalah anak kelompok usia 4-5 tahun RA Miftahul Karomah
Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya yang berjumlah 12 anak, yang terdiri
dari 7 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, sedangkan analisis datanya menggunakan statistik deskriptif.
Dari hasil analisis data diperoleh kecerdasan visual
spasial anak melalui kegiatan menggambar dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran pada siklus 1 pertemuan 1
diperoleh data 54%, pada siklus 1 pertemuan 2 diperoleh data 62%. Hal ini
menunjukkan penelitian tindakan kelas ini belum berhasil oleh karena target
yang ditentukan adalah 75%, maka penelitian berlanjut pada siklus 2. Pada
siklus 2 pertemuan 1 diperoleh data 74% dan pada siklus 2 pertemuan 2 mencapai
83%. Berdasarkan analisis data pada siklus 2 maka target yang diharapkan
tercapai dan penelitian ini dinyatakan berhasil. Dapat disimpulkan bahwa
kegiatan menggambar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan kecerdasan visual spasial anak kelompok usia 4-5 tahun RA
Miftahul Karomah Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya.
Kata
kunci : kecerdasan visual spasial,
menggambar, pendekatan pembelajaran kontekstual
PENDAHULUAN
Pendidikan pada masa
usia dini merupakan wahana pendidikan yang fundamental dalam memberikan
kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut
memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada
masa-masa berikutnya.
Proses pembelajaran
pada masa usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep yang
bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata, sebab dengan pengalaman nyata yang
memungkinkan anak menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal dan
menempatkan pendidik sebagai pendamping, pembimbing, dan fasilitator bagi anak.
Proses pembelajaran seperti ini dapat menyeimbangkan bentuk pembelajaran yang
hanya berorientasi pada kehendak guru yang menempatkan anak secara pasif dan
guru menjadi dominan. Selain itu proses pembelajaran hendaknya juga mampu
mengembangkan potensi anak dengan memberdayakan seluruh potensi yang
dimilikinya, sehingga anak mampu meningkatkan kompetensinya yang tampak dalam
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. Pembelajaran pada anak usia dini
mempunyai karakteristik tertentu sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan psikologi anak.
Setiap anak memiliki
berbagai kecerdasan yang terdapat dalam dirinya, namun adakalanya hanya
beberapa kecerdasan tersebut dapat berkembang sehingga menjadi keunggulan bagi
dirinya. Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam mengembangkannya.
Untuk itulah dalam proses pembelajaran setiap anak harus mendapat perlakuan
yang berbeda sesuai dengan potensi kecerdasannya masing-masing. Dalam
perkembangannya konsep kecerdasan jamak telah memberikan implikasi yang
signifikan terhadap perkembangan dunia pendidikan. Pencetus teori multiple intelligence (kecerdasan jamak)
Howard Gardner menyatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan
masalah, atau menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa
lingkungan budaya dan masyarakat (Gardner,2003:22).
Menurut Gardner
kecerdasan bukanlah kemampuan yang sudah ada sejak lahir dan akan tetap
sepanjang hidup yang tidak dapat dikembangkan. Kecerdasan selalu dapat
dikembangkan lewat pembelajaran dan seorang guru mempunyai peran untuk membantu
perkembangan kecerdasan anak. Kecerdasan anak yang sudah tinggi dapat
dimaksimalkan, sedangkan kecerdasan anak yang masih rendah dapat dibantu untuk
ditingkatkan sehingga dapat digunakan dalam menghadapi persoalan hidup yang
lebih baik.
Amstrong dalam Musfiroh
(2005:62) berpendapat bahwa anak yang cerdas dalam visual spasial memiliki
kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk, ruang dan bangunan, memiliki
kemampuan membayangkan sesuatu dan melahirkan ide secara visual dan spasial
(dalam bentuk gambar). Hal ini berarti anak yang memiliki kecerdasan visual
spasial suka akan kegiatan mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai dan
menyusun bangunan seperti puzzle dan balok. Anak yang memiliki potensi spasial
yang tinggi mampu berpikir dalam bentuk gambaran (images) dan mampu menemukan obyek yang hilang dalam kaitan dengan kemampuan
dibidang daya ingat visual. Anak dengan kecerdasan visual spasial yang tinggi
diharapkan kelak bisa memiliki profesi sebagai seorang pelukis, arsitek,
fotografer, desainer, seniman, pilot, nahkoda dan para penemu teknologi.
Untuk meningkatkan kecerdasan
visual spasial anak, menurut Musfiroh (2005:63) guru dapat merangsang melalui
program seperti melukis, menggambar, membentuk sesuatu dengan plastisin. Guru
juga perlu menyediakan berbagai fasilitas untuk mengembangkan daya imajinasi
anak dan juga menyediakan beberapa miniatur benda seperti pesawat, hewan,
orangorangan dan lain sebagainya.
Jadi dengan kata lain
kegiatan pembelajaran yang dipilih hendaknya kegiatan yang menyenangkan, dapat
menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi, rasa ingin tahu dan
mengembangkan imajinasinya serta mampu mendorong anak mencari dan menentukan
jawaban yang membantu memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali dan
menemukan hubungan-hubungan baru atau dengan kata lain mampu menerapkan apa
yang mereka pelajari ke dalam kehidupan mereka.
RA (Roudlhotul Athfal) Miftahul
Karomah adalah Satuan PAUD Sejenis (SPS)
yang merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur
pendidikan non formal yang dapat diselenggarakan secara terpadu dan fleksibel
dengan berbagai macam program layanan anak usia dini yang telah ada dalam
masyarakat seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB), Tempat Penitipan Anak
(TPA), Sekolah Minggu dan lain sebagainya. RA Miftahul Karomah Kecamatan
Sukahening Kabupaten Tasikmalaya merupakan
lembaga pendidikan non formal yang terjangkau untuk kalangan ekonomi ke bawah.
Para peserta didik yang bersekolah di RA Miftahul Karomah Kecamatan Sukahening
Kabupaten Tasikmalaya berasal dari kondisi sosial yang berbeda-beda. Mata
pencaharian para orang tua anak pun beraneka ragam dan penghasilannya tidak
menentu dan tidak terlalu besar. Ada yang menjadi buruh pabrik, pedagang
makanan keliling, kuli bangunan, pedagang kaki lima dan lain sebagainya.
Menurut Menu
Pembelajaran Generik, Depdiknas (2002:13) terdapat enam aspek pengembangan pada
masing-masing kelompok usia yaitu aspek pengembangan moral dan nilainilai
agama, aspek pengembangan fisik, aspek pengembangan bahasa, aspek pengembangan
kognitif, aspek pengembangan sosial emosional dan aspek pengembangan seni. Maka kegiatan belajar di RA Miftahul Karomah
Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya dirancang dengan pembentukan
karakter dan pengembangan kemampuan dasar yang ada pada diri anak usia dini. RA
Miftahul Karomah Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya mempunyai tujuan
agar anak-anak yang bersekolah tersebut memiliki wadah dan fasilitas dalam
kegiatan pengembangan kreativitas, mengingat usia mereka merupakan usia emas (golden age) yang sangat disayangkan
apabila pada usia tersebut hilang sia-sia tanpa adanya pemberian stimulus yang
optimal untuk peningkatan perkembangan fisik/motorik, kognisi, bahasa, sosial
emosional dan moral agamanya yang berguna untuk melangkah ke jenjang pendidikan
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bab I, pasal 1 ayat 14 disebutkan “Pendidikan Anak Usia
Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangna jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Dari hasil observasi
awal di RA Miftahul Karomah Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya dari 12
anak, sebanyak 8 anak masih belum mampu mengekspresikan dirinya melalui media
kreatif seperti menggambar dengan pensil warna, melukis dengan jari, dan
menggambar dengan crayon. Menggambar dalam mengekspresikan kegiatan tersebut
harus diberi contoh terlebih dahulu oleh guru baru mereka bisa membuat sendiri.
Kebanyakan dari mereka adalah meniru apa yang dicontohkan guru, mereka masih
perlu dibimbing untuk membuat sesuatu yang baru hasil dari pemikiran anak-anak
sendiri. Anak-anak belum mampu berimajinasi secara utuh. Coretan yang
dihasilkan anak masih berkesan umum, menampilkan gambar yang sama setiap
pengerjaan tugas menggambar. Sebagian besar dari mereka tidak mau menggambar
dengan alasan antara lain tidak tahu dan tidak pernah melihat benda yang akan
digambar, tidak bisa menggambar serta lupa bagaimana bentuk atau ciri-ciri
benda tersebut. Ada juga yang dapat menyebutkan suatu benda atau gambar tetapi
tidak dapat menunjukkan yang mana benda tersebut. Mereka juga terkadang masih
bingung dengan benda yang memiliki kemiripan misalnya perahu, speedboat dan kapal laut. Selain itu
ketika anak diberi tugas untuk menggambar, suasana kelas sering ramai, anak
sering jalanjalan sendiri dan tidak serius dalam menggambar.
Dalam pembelajaran di
kelas, guru sebagai peneliti kurang memperhatikan hasil belajar anak. Pendidik
sering menggunakan kegiatan menggambar
sebagai pembelajaran relaksasi pada anak dengan hanya memberi sebuah gambar
tanpa memberikan contoh bagaimana membuat atau memulai untuk menggambar obyek,
sehingga didapati hasil karya anak dalam pembelajaran menggambar terkesan tanpa
arahan.
Dengan kondisi seperti
tersebut diatas penulis mencoba meningkatkan kemampuan visual spasial anak
melalui kegiatan menggambar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
kontekstual. Kepada anak akan diperlihatkan bentuk asli maupun miniatur benda
dalam pembelajaran menggambar. Menurut Nurhadi dan Senduk (2003:5) pendekatan
kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan
pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas
lebih hidup dan bermakna. Oleh karena itu dalam penelitian ini pendekatan
pembelajaran kontekstual dirasa perlu diterapkan untuk mengganti metode
konvensional dalam pembelajaran menggambar di RA Miftahul Karomah Kecamatan
Sukahening Kabupaten Tasikmalaya . Pendekatan Pembelajaran Kontekstual membuat
anak memahami situasi nyata dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Berdasarkan uraian di
atas timbul keinginan untuk melaksanakan penelitian yang berjudul ”
Meningkatkan Kecerdasan Visual Spasial Anak
Melalui Kegiatan Menggambar dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual Pada Kelompok Usia 4-5 tahun di RA Miftahul Karomah Kecamatan
Sukahening Kabupaten Tasikmalaya.” Tujuan
dari penelitian ini adalah mendiskripsikan apakah penerapan pendekatan
pembelajaran kontekstual melalui menggambar dapat meningkatkan kecerdasan visual spasial anak
pada kelompok usia 4-5 tahun di RA Miftahul Karomah Kecamatan Sukahening
Kabupaten Tasikmalaya.
Dalam penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
a. Bagi
Anak
1.
Diharapkan dalam kegiatan menggambar
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
kecerdasaan visual spasial anak yang berguna dalam mempersiapkan diri untuk
melangkah ke jenjang yang lebih tinggi.
2.
Dapat menumbuhkan sikap kreatif dan
aktif.
b. Bagi
Guru
1.
Diharapkan dapat mengembangkan dan
meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas.
2.
Dapat dijadikan acuan dalam penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran di RA.
c. Bagi
Sekolah
1.
Dapat meningkatkan suasana belajar
secara signifikan.
2.
Mampu meningkatkan kerjasama guru dan
murid dalam menyukseskan proses pembelajaran.
3.
Sebagai acuan atas dasar untuk
meningkatkan mutu pendidikan di RA terutama dalam upaya memanfaatkan sarana dan
prasarana yang ada guna menunjang kegiatan pembelajaran.
Adapun definisi dari penelitian ini
adalah :
a. Kecerdasan
Visual Spasial adalah kemampuan untuk memvisualisasikan gambar di dalam pikiran
seseorang. Dalam penelitian ini kecerdasan visual spasial difokuskan pada
kegiatan menggambar.
b. Menggambar
adalah kegiatan membentuk imajinasi, dengan menggunakan banyak pilihan tehnik
dan alat. Bisa pula menggambar berarti membuat tanda-tanda tertentu di atas
permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar.
c. Pendekatan
Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh
pendidik untuk mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan situasi nyata dan
pengetahuan yang dimiliki oleh anak untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam penelitian ini terdapat
keterbatasan-keterbatasan antara lain :
a. pendekatan
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi dengan pendekatan pembelajaran
kontekstual.
b. Kecerdasan
visual spasial dibatasi dengan kegiatan menggambar bebas yang sesuai dengan
tema yang digunakan pada saat penelitian berlangsung.
c. Penelitian
ini terbatas pada anak usia 4-5 tahun di
RA Miftahul Karomah Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya . d. Penelitian
ini tidak bisa digeneralisasikan.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (classroom
action research) di RA Miftahul Karomah Kecamatan Sukahening Kabupaten
Tasikmalaya yang berupaya memberikan gambaran secara sistematis dan akurat tentang pendekatan pembelajaran kontekstual
sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan visual anak melalui kegiatan menggambar
di sekolah tersebut.
Menurut Arikunto
(2008:105) penelitian tindakan kelas adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan
pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil
pendidikan dan pembelajaran. Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu
:perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Sedangkan Aqib (2009:3)
menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Metode pengunpulan data dari penelitian ini
adalah observasi.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas berdasarkan
siklus-siklus (Arikunto, 2008). Subyek penelitian ini adalah anak kelompok usia
4-5 tahun RA Miftahul Karomah Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya yang
terdiri dari 7 anak laki-laki dan 5 anak perempuan.
Adapun pelaksanaan penelitian melalui 2
siklus yaitu :
Siklus I
a. Pertemuan
1 : Rabu, 29 Mei 2013
b. Pertemuan
2 : Jumat, 31 Mei 2013
Siklus II
a. Pertemuan
1 : Rabu, 05 Juni 2013
b. Pertemuan
2 : Jumat, 07 Juni 2013
Berdasarkan analisis
data hasil belajar anak pada siklus 1 dan 2 diperoleh persentase keberhasilan
dari 62% mengalami peningkatan menjadi 83%.
Siklus 1
a. Siklus
1 pertemuan 1
Berdasarkan
hasil observasi peningkatan kecerdasan visual spasial anak yang dilakukan
guru melalui kegiatan menggambar maka
dari 3 indikator yang diamati dapat diperoleh
hasil sebagai berikut :
Pada aspek
menggambar bebas dengan berbagai media, persentase keberhasilan belajar anak
sebesar 71%, sedangkan perolehan skor tertinggi adalah 4 oleh 2 anak
dan skor 3 oleh 6 anak. Pada indikator dapat menggambar berbagai obyek yang dilihat,
persentase keberhasilan belajar anak 56%
dengan perolehan skor tertinggi adalah 4 oleh 2 anak dan skor 3 oleh 1 anak.
Untuk indikator mengungkapkan tentang
gambar/hasil karyanya memperoleh persentase keberhasilan belajar anak sebesar
35% dengan skor tertinggi adalah 3 oleh 2 anak.
Persentase keberhasilan belajar anak pada siklus I pertemuan ke-1 ini
adalah sebesar 54% sehingga guru perlu melanjutkan
pada pertemuan ke-2.
b. Siklus
1 pertemuan 2
Berdasarkan
hasil observasi peningkatan kecerdasan visual spasial anak yang dilakukan melalui kegiatan menggambar
pada siklus I pertemuan ke-2 maka dari tiga indikator yang diamati diperoleh:
Pada aspek menggambar bebas dengan berbagai media, tingkat keberhasilan
belajar sudah mengalami peningkatan sebesar 75% dan perolehan skor tertinggi
adalah 4 dicapai 3 anak dan skor 3 oleh 6 anak. Pada indikator dapat menggambar
berbagai obyek yang dilihat memperoleh tingkat keberhasilan belajar anak sebesar 67% dengan perolehan skor tertinggi 4
dicapai 3 anak dan skor 3 oleh 4 anak. Sedangkan indikator mengungkapkan
tentang gambar/hasil karyanya, tingkat keberhasilan belajar sebesar 45% dengan
perolehan skor tertinggi 3 dicapai oleh 3 anak.
Siklus 2
a. Siklus
2 pertemuan 1
Berdasarkan
hasil observasi peningkatan kecerdasan visual spasial anak yang dilakukan
guru melalui kegiatan menggambar pada
siklus II pertemuan ke-1 maka dari 3 aspek yang diamati dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Pada aspek
menggambar bebas dengan berbagai media persentase tingkat keberhasilan
mengalami kenaikan sebesar 81%, dan perolehan skor tertinggi adalah 4 oleh 4
anak dan skor 3 oleh 7 anak. Pada indikator menggambar berbagai obyek yang
dilihat memperoleh persentase tingkat keberhasilan belajar sebesar 73% dengan
perolehan skor tertinggi adalah 4 oleh 4 anak dan skor 3 oleh 3 anak. sedangkan
aspek mengungkapkan tentang gambar/
hasil karyanya memperoleh tingkat keberhasilan belajar sebesar 67%, dan
perolehan skor tertinggi 4 oleh 1 anak dan skor 3 oleh 6 anak. Tingkat keberhasilan belajar anak yang diraih
pada siklus II pertemuan ke-1 adalah sebesar 74%. Jadi persentase keberhasilan belajar anak pada siklus II pertemuan ke-1
sebesar 74%. Hal ini masih belum memenuhi kriteria keberhasilan yang
diharapkan yaitu sebesar 75% sehingga
guru perlu melanjutkan pada pertemuan ke-2.
b. Siklus
2 pertemuan 2
Berdasarkan
hasil observasi peningkatan kecerdasan visual spasial anak yang dilakukan melalui kegiatan menggambar
pada siklus II pertemuan ke-2 maka dari tiga aspek yang diamati
diperoleh:
Pada aspek
menggambar bebas dengan berbagai media persentase tingkat keberhasilan sebesar
87% dan perolehan skor tertinggi adalah 4 dicapai oleh 6 anak dan skor 3 oleh 6
anak. Pada indikator dapat menggambar berbagai obyek yang dilihat memperoleh
tingkat keberhasilan belajar sebesar 83% dengan perolehan skor tertinggi 4
dicapai 6 anak dan skor 3 oleh 4 anak. Sedangkan indikator mengungkapkan
tentang gambar/hasil karyanya persentase keberhasilan belajar sebesar 79% dan
perolehan skor tertinggi juga 4 dicapai oleh 4 anak dan skor 3 oleh 6 anak.
Pada siklus II
pertemuan ke-1 hasil observasi yang diperoleh,
persentase tingkat keberhasilan sebesar 74% . Hasil observasi pada
siklus II pertemuan ke-2 diperoleh persentase tingkat keberhasilan sebesar 83%.
Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa pada siklus II terjadi peningkatan kecerdasan
visual spasial anak dalam kegiatan menggambar. Kriteria keberhasilan belajar
anak yang diharapkan sebesar 75% telah terlampaui. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan dalam tiga aspek pencapaian perkembangan yang diamati yaitu
Menggambar bebas dengan berbagai media, dapat menggambar berbagai obyek yang
dilihat, dan mengungkapkan tentang gambar/hasil karyanya, semuanya sudah
berhasil dan tidak perlu dilakukan observasi ke siklus berikutnya.
Grafik 1
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan
yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa :
Pendekatan pembelajaran
kontekstual dalam kegiatan menggambar untuk meningkatkan kecerdasan visual
spasial anak sangat baik sekali dikarenakan pendekatan pembelajaran kontekstual
membuat kelas lebih hidup dan bermakna, membuat anak memahami situasi nyata,
mengamati sendiri dari dekat suatu benda dan mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya. Sehingga anak merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti
proses pembelajaran. Anak dengan kecerdasan visual spasial yang tinggi
diharapkan memiliki antara lain kreativitas dan imajinasi kreatif, daya ingat
yang tinggi, kemampuan membayangkan atau menggambarkan benda-benda yang pernah
dilihatnya, dan meningkatkan kemampuan mengarang cerita.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kecerdasan visual spasial dalam kegiatan menggambar sudah
berkembang dengan baik.. Persentase keberhasilan belajar anak, pada siklus I
pertemuan ke-2 mencapai 62% dan meningkat menjadi 83% pada siklus II pertemuan
ke-2.
Melalui kegiatan
menggambar dengan pendekatan pembelajaran kontekstual ini, terbukti mampu
meningkatkan kecerdasan visual spasial anak usia dini pada
kelompok B di RA Miftahul Karomah Kecamatan Sukahening Kabupaten
Tasikmalaya. Dari tiga indikator yang diteliti pada setiap siklusnya
memperlihatkan terjadinya peningkatan hasil belajar anak. Anak melakukan
pengamatan terhadap gambar atau benda yang ingin ia gambar kemudian terjadi
proses visualisasi yang dituangkan dalam bentuk gambar kreasi anak dan anak
mampu mengungkapkannya dalam bentuk lisan.
a. Saran
Berdasarkan
hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah
1.
Dalam proses pembelajaran di RA, guru
diharapkan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kecerdasan
visual spasial anak.
2.
Pembelajaran yang aktif, kreatif dan
inovatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil kerja anak juga menambah
wawasan guru dalam memilih strategi dan media yang tepat untuk diterapkan di
kelas dan disesuaikan dengan materi dari setiap indikator pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Depdiknas. 2002. Acuan
Menu Pembelajaran Pada PAUD (Menu Pembelajaran Generik). Jakarta:Dit.PAUD
dan Ditjen PLS.
Effendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta.
Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intellegence) Teori dalam Praktek. Batam:
Interaksara.
Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
Refika Aditama.
Hollingsworth, Pat dan Lewis, Gina. 2008. Pembelajaran Aktif meningkatkan Keasyikan
Kegiatan di Kelas. Jakarta: Indeks.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama
Kurniasih, Imas. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Edukasia.
Margulies, Nancy dan Valenza, Christine. 2008. Pemikiran Visual Alat Untuk Memetakan Ide.
Jakarta: Indeks.
May, Lwin, dkk. 2008. How To Multiply Your’s Child Intellegence (Cara Mengembangkan Berbagai
kecerdasan). Jakarta: Indeks.
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
Montolalu, dkk. 2010. Bermain Dan Permainan Anak.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Musfiroh, Tadkiroatun. Bermain Sambil Belajar dan
Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas.
Nurhadi dan Senduk, Agus Gerard. 2003. Pembelajaran
Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Sujiono, Yuliani N dan
Sujiono, Bambang. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
Jamak. Jakarta: Indeks.
Suparno, Paul. 2004. Teori Intelegensi Ganda Dan
Aplikasinya Di sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta:
Pedagogia.
Trianto. 2012. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan
Kelas Teori Dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Triyono. 2005. Pintu-Pintu Pendidikan Kontekstual
Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Winarsunu, Tulus. 2010. Statistik Dalam Penelitian
Psikologi Dan Pendidikan. Malang: UMM Press.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Komentar
Posting Komentar